Kelompok Komunitas Open Source Sakit Hati

Kedatangan Boss Microsoft William H Gates (Tapi “H” nya bukan Haji lo..!) atau yang lebih kita kenal dengan Bill Gates disambut dengan tanggapan yang kontroversial oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah merasa tersanjung karena telah kedatangan tamu agung dari negeri paman Syam dan Indonesia telah dilirik sebagai negeri berkembang yang patut ditarik dan didorong untuk menaiki tangga perkembangan ICT (Information and Communication Technology) yang terus meroket.
Presiden SBY dan para mentri-pun ikut antusias dalam mempersiapkan dan menjamu orang terkaya itu. Tidak luput dari pengrajin batik terkenal di Indonesia ditugaskan untuk membuatkan sebuah baju batik terbaik harganya saja berharga jutaan rupiah (harga itu bisa buat hidup di Keputih-Surabaya mungkin 8 bulanan lah ^ _^) hanya demi mendandani, menyempurnakan dan memberikan image yang terbaik pada bill gates bahwa Indonesia merupakan negeri yang indah, ramah, aman dan pantas untuk dikunjungi.
Satu sisi bagi saya ini Bill Gates memang merupakan tamu yang seharusnya dihargai demi menyukseskan Indonesia Visit 2008, tidak lebih hanya sebagai tamu/visitor dan tidak kemudian sampai menggaruk anggaran APBN yang besar hanya demi “sendiko dawuh” pada Boss Microsoft ini. Kenapa juga pemerintah menyambutnya dengat gempar dan seakan-akan melupakan karya-karya dan komunitas-komunitas anak bangsa yang saat ini lagi berpikir bersama untuk berkreasi menandingi microsoft yang dianggap sebagai perusahaan yang punya monopoli besar dalam pasar OS (Operating System) dan Software.
Saat penulis mengikuti beberapa kali pelatihan dan kuliah tamu oleh pakar IT Indonesia Onno W Purbo di Gedung Theater PENS-ITS tahun 2006 dan 2007 kemaren, beliau beberapa kali mengatakan bahwa “apa itu microsoft, jelek!!, tidak bisa dibuat gini-gitu, ada perangkat baru aja gak langsung bisa kenal!!” diteruskan dengan “ngGegek”annya dan konyolannya yang khas dengan para Mahasiswa. Ini tidak lain hanya untuk mendorong para kaum akademis bareng-bareng mendongkrak open souce yang lagi berkembang di Indonesia. Saat Bill gates datang, beliau berkomentar lagi, menurutnya , “Gak penting dan gak ngaruh. Rakyat Indonesia itu lebih penting sama harga. Apalagi kalau Bill Gates bisa bikin harga (software) Microsoft di Indonesia jadi murah. Nah, itu baru ok!” (Dikutip dari Okezone.com).
Saya lebih sepakat jika pemerintah lebih melirik dan ikut berupaya mengembangkan komunitas-komunitas seperti KLAS (Kelompok Linux Arek Surabaya) mungkin kalo di Surabaya, menjadikan IGOS (Indonesian Goes to Open Source) seperti halnya program Indonesian Visit 2008, itu jwauuh lebih bermanfaat dan sangat pro rakyat bagi negeri berkembang ini, yang mau bekerja keras dahulu tanpa menarik simpati orang yang telah meroket. Andaikan anggaran APBN untuk menyambut Bill Gates itu dibuat semacam pelatihan pengembangan Open Source ataupun yang berhubungan dengan itu, mungkin sudah ada beberapa even besar di Indonesia dalam rangka menyongsong IGOS (Indonesian Goes to Open Source).
India yang kita kenal sebagai negara miskin dulunya, saat ini malah mampu berkembang dengan pesat dibidang IT-nya. Itu bukan karena dilirik kemudian ditarik oleh Bill Gates dan Bill Gates cuma-cuma mengasih laptop disana, tidak. Namun karena adanya atmosfer dan perhatian yang tinggi dari pemerintah untuk mengembangkan software2 karya anak bangsa, mulai dari hal yang kecil. Misalkan, coba kita lihat software2 game atau aplikasi java lainnya yang kita download dan kita pakai di HP kita, pasti rata2 dari India. Indonesia yang sedikit-sedikit sudah mampu, misalkan software2 java untuk aplikasi hp; inheanlearning.com yang dibuat oleh temen2 Fasikom-UI, atau lainnya! ayo dong ditingkatkan terus, masa bodoh Bill Gates mo datang mo nggak, ya kita terus berkembang dan terus cinta karya sendiri, sukses kebebasan sukses Open Source!!