KPAI Minta Sekolah Putus Mata Rantai Kekerasan Siswa
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti meminta sekolah bersinergi dengan para orangtua siswa di sekolahnya untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak (SRA) dan memutus mata rantai kekerasan.
Kasus duel ala gladiator yang melibatkan siswa di Bogor dan Sukabumi baru-baru ini, menurut Retno telah menunjukkan adanya mata rantai kekerasan antara siswa senior dan yunior, bahkan dengan para alumni. Dalam kasus ini, siswa senior berperan mengatur pertarungan antara di juniornya.
“Keterlibatan siswa senior dan alumni sebagai pelaku kekerasan dan pemaksaan
untuk tarung gladiator haruslah diselesaikan dengan sungguh-sungguh dan tuntas oleh pihak sekolah dengan melibatkan orangtua siswa dan dinas pendidikan setempat,” urai Retno.
Ditambahkan, hasil pengungkapan kepolisian akan menjadi dasar bagi pihak sekolah melakukan upaya-upaya pembenahaan dan mendorong terwujudnya Sekolah Ramah Anak (SRA). Sekolah harus mampu bersinergi dengan para orangtua siswa di sekolahnya untuk mewujudkan SRA dan memutus mata rantai kekerasan.
Orangtua, sekolah dan masyarakat harus memiliki persepsi yang sama tentang bahaya bullying
dan kekerasan dalam tumbuh kembang seorang anak. Diperlukan peran semua pihak untuk menciptakan sekolah yang aman dan nyaman bagi anak didik.
“Orangtua dan guru harus memiliki kepekaan ketika menemukan anak-anak korban bullying
yang biasanya tampak murung, prestasi belajarnya menurun dan tidak percaya diri. Masyarakat juga jangan “cuek” atau tidak peduli ketika menyaksikan kekerasan yang melibatkan anak-anak,” pungkas Retno. (Andi)
Sumber :