Pendekatan Sosiologi Tentang Ekonomi
Titik tolak analisis ekonomi adalah individu. Pendekatan individu dalam analisis ekonomi berakar dari ulititarianisme (yaitu mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional) dan ekonomi politik inggris yang dibangun di atas prinsip laissez faire, laissez passer (biarkan individu mengatur dirinya, karena individu tahu yang dimauinya). Aktor dalam ekonomi berarti seseorang yang mengetahui apa yang dia mau karena dia mampu berpikir rasional. Namun dalam sosiologi memandang aktor sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara sosial, yaitu aktor dalam interaksi dan aktor dalam masyarakat. Menurut Weber tindakan ekonomi itu dapat berupa rasionol, tradisional, dan spekulatif-irrasional[24].
- Rasional, dimana individu mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada.
- Tradisional, dimana bersumber dari tradisi atau konvensi.
- Spekulatif-irrasional, yaitu tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tindakan rasional antara ekonomi berbeda dengan sosiologi, dalam ekonomi menganggap rasionalitas sebagai asumsi, sedangkan sosiologi menganggapnya sebagai variebel. Dalam sosiologi-ekonomi selalu memusatkan perhatiannya pada analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi dari masarakat, dan studi tentang perubahan institusi dan paremeter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat.
Terdapat beberapa teori tentang pendeketan, diantaranya adalah [25]:
- Teori Struktural Fungsional, asumsi teori ini berupa :
– Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yany terstruktur secara relative mantap dan stabil.
– Elemen-elemen terstruktur tersebut teringrasi dengan baik
– Setiap elemen dalam struktur mempunyai fungsi, yait memberikan sumbangan pada bertahannya struktur itu sebagai suatu system.
-
Teori Struktural Konflik, asumsi dari teori ini berupa :
– Setiap masyarakat dalam setiap hal, tunduk pada proses perubahan (perubahan social terdapat dimana-mana)
– Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan konflik (konflik social terdapat dimana-mana).
– Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang dusintegrasi dan perubahan.
– Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
- Teori Interaksionisme Simbolis, asumsi teori ini berupa :
– Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan symbol.
– Manusia menggunakan symbol untuk saling berinteraksi.
– Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking).
– Masyarakat terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi.
Sumber :