Bogor Bersatu untuk Pendidikan Inklusi Lebih Berkualitas

Pekan ini publik Bogor bersatu dengan kalangan siswa sekolah berpartisipasi dalam berbagai
cabang perlombaan memeriahkan Festival ABK 2017. Festival yang digelar merupakan kegiatan puncak diisi setelah sebelumnya pihak penyelenggara mengadakan workshop dua hari terkait pendidikan inklusi dan tata kelola pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 2017 . Festival didisi dengan beragam lomba, antara lain lomba mewarnai, fashion show, lomba menyanyi yang dipusatkan di hall komplek parlemen Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (31/8).
Dalam sambutannya, Teguh Prasetyo dari Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI) memuji besarnya partisipasi dan peran serta para orang tua dan dewan guru, masyarakat serta kalangan swasta dalam mewujudkan masa depan pendidikan inklusi yang lebih ramah di Kabupaten/Kota Bogor.
“Festival diharapkan menggugah publik lebih peduli terhadap pendidikan inklusi,
utamanya peluang pendidikan bagi siswa sekolah ABK di Bogor dan tanah air umumnya”, demikian Teguh.
Selain dihadiri ratusan siswa, praktisi pendidikan dan tamu undangan hadir kalangan pemangku kebijakan kabupaten dan kota serta tokoh masyarakat Jawa Barat.
Koordinator Seknas Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia JPPI Ubaid Matraji mengatakan, perhatian para pemangku kebijakan terkait pendidikan dan masa depan ABK perlu didorong multiaspek, terutama terkait pelayanan serta aspek sarana prasarana yang berdinggungan dengan kebijakan anggaran pendidikan.
“Kabupaten dan Kota Bogor diharapkan dapat menjadi kawasan model nasional guna mewujudkan pendidikan inklusi yang lebih komprehensif , harap Ubaid.
Sekolah inklusi, tambah Ubaid, perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah. “Pemerintah
harus memastikan keberadaan sekolah inklusi ini sebagai akses yang memudahkan ABK untuk mendapatkan pendidikan yang layak,” ujar Ubaid.
Baru-baru ini dalam riset JPPI melalui Right To Education Index (RTEI) menyebut bahwa problem krusial pendidikan nasional sedikitnya terdapat tiga hal. Pertama, Kualitas guru rendah. Kedua, Diskriminasi terhadap kelompok marginal. Dan yang ketiga, sekolah masih belum ramah anak.
“Pendidikan inklusi untuk ABK ini kami rasa masih belum merata. Pemerintah harus melakukan rencana strategi guna memastikan adanya anggaran untuk mendukung penyandang difabel mendapat peluang pendidikan yang cukup layak,” jelas Ubaid.
Festival juga menampilkan sejumlah stan sekolah dan lembaga-lembaga peduli pendidikan inklusi dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Beberapa stan memamerkan karya-karya pelajar sekolah inklusi serta penyandang disabilitas yang aktif dalam program UMKM kewirausahaan yang memproduksi asesoris busana berbagai bahan, produk-produk kulinari yang syarat asupan gizi dan ramah lingkungan.
Kabupaten Bogor akan segera mendata ABK
Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, seperti dilaporkan Bogornews belum memiliki data yang akurat mengenai jumlah pasti Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Untuk itu guna mendapatkan jumlah ABK yang akurat, Disdik Kabupaten Bogor pada akhir 2017 akan melakukan pendataan di kurang lebih 100 SD yang tersebar di 40 Kecamatan.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Ade Suryana Sabtu (26/8) usai menghadiri Workshop Pendidikan Inklusi yang diadakan Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI) di kawasan Jl. Pajajaran, Kota Bogor.
Sumber :
http://revistas.uned.es/index.php/accionpsicologica/comment/view/520/460/121054